Kamis, 20 Maret 2014

Malaikat itu Ibu KU



Mama, umi, bunda adalah beberapa sekilas nama yang lahir dari hati terdalam hanya sebagai fariasi kehidupan pada seorang anak. Begitu banyak nama untuk seorang malaikat ini diciptakan. Tapi tau kah engkau bahwa nama-nama itu memiliki sejuta arti bahkan tak terhitung makna yang terkandung didalamnya. Air mata pun tak mampu membendung saat nama dan sosok itu muncul dalam bayangan perjuangan kita Utusan yang satu ini tak pernah ada tandingannya, semua hal yang menyangkut pada dirinya nya tak kan mampu terlepas dari aura malaikatnya, dari yang namaya kasih sayang, perhatian, pengorbanan juga kesabaran semua menjadi satu kesatuan yang untuh, tergabung dalam indahnya garis-garis alunan kehidupan, terukir pada tali-tali pengikat cinta, dan menyatu dalam sejuknya pagi bersama embun menyelimutinya.
Mungkin dalam sebuah nama memiliki persepsi masing-masing, terkadang ada yang menggunakan kata-kata imut, romantis sampai aneh, tapi yakinlah sesungguhnya itu adalah bentuk kasih sayang yang diberikan, meskipun tak kan mampu membalas sejuta kasih sanyangnya yang telah di berikan. Ibu, itulah panggilan kasih sayang ku untuknya. Entah kenapa saat nama itu terlontar semua tentangnya akan muncul, tak tega diri ini membiarkannya, untuk tidak melihatnya sekali pun sulit, apalagi untuk melupakannya . Bukan sosoknya juga yang di lupakan namun hati tersucinya lah yang tak sanggup untuk aku hinakan.
Sesungguhnya Hari Ibu bukanlah hari tersepcial untuk ku, karena hari special untuk ku adalah hari di mana aku bisa mengerti perjuangannya, mendengar keluh kesahnya, celoteh hangatnya, lembut sentuhan tangannya, serta menatap wajah indahnya..  oooohh betapa Tuhan sempurnanya menciptakan malaikat ini. Hari-hari kasih sayang dan penghormatan ini semakin menempati ruang tertinggi di hatiku. Ruang di mana tak seorang pun menggantikan kehadirannya, cerah, sejuk, nan menawan
Ibuuu…..
Ibuuu…..
Ibuuu…..
Ini mungkin persembahan yang paling berbeda dari ku, menuangkan rasa cinta kasih ku dalam seninya jemari ini, diatas rangakaian huruf terbaik yang terpampang di atas panggung alat menulis ku. Aku tak bisa mengatakan “ ibu, akau sayang ibu” apalagi “ ibu aku cinta padamu “ namun yakinlah bahwa namamu kan slalu kuselipkan dalam setiap panjatan do’a ku pada-Nya.
                                                   Oooh bunda ada dan tiada dirimu
kan selalu ada di dalam hatiku ( Melly Goeslow )
Keberadaannya adalah setetes air di padang pasir, mampu menghilangkan dahaga akan hausnya kasih sayang anak tercintamu ini. Aku adalah makhluk paling beruntung yang pernah Kau ciptakan. Do’anya yang mengalir, nafasnya yang berhembus, sujudnya yang khusyuk hanya engkau persembahan untuk anak tercinta mu ini, ibu.
Ku nikmati semua yang kau berikan dengan kenakalan ku, kecongkakan ku, kedangkalan ku dan keceriannku. Kau balas semua itu dengan putihnya embun kasih sayangmu, merangkulku dengan kehangatan mu, membisikkan ku dengan kelembutanmu. Ku rasakan semua itu tanpa ku sadari aku melihat mu berbeda. Berbeda tak seperti dulu.
Harapan mu yang begitu besar pada ku, menyadarkan ku bahwa kini ku memasuki masa terberat ku. Berat untuk meninggalkan mu, berat untuk melupakanmu, pun berat untuk menjauhimu.  Namun harapan hanya harapan, kini yang terjadi kau mengharapkann ku. Ku sampingkan dirimu dengan beribu kesibukkan ku, ku merendahkan mu untuk kepentingan hari-hari ku.yang mana seharusnya ku mengutamakan mu.Matahari pun tak pernah lagi menemani perjalanan pulang ku. Entah aku sengaja atau tidak sengaja atau bahkan mungkin aku tak menyadarinya. Namun satu hari berkesan itu, menjadi kejadian yang menjlebkan susana hati ku. Ku pulang dengan sepenggal tangan ini menggerakkan segel pintu rumah dan saat itu aku masuk “ Alhamdulillah.. tumben nak sudah pulang” dengan kelembutannya setelah menjawab salam termanis dari ku, speeches dan hanya bisa tersenyum. Ku cerna kalimat itu seharian penuh, apa maksudnya, dan ternya dia mengaharapkan sebagian waktu ku untuknya, Ya Allah setega itukah aku mengenyampingkannya.
Ibuku oh malaikat ku. Walau kau tak mengerti akan yang ku lakukan ini, namun yakinlah dirimu segalanya, kan selalu ada nama me di setiap detak jantungku,di setiap sujud sholatku ku, di setiap langkah hidup ku, setiap tetesan air mataku, tanpa ku melupakan pemilik hati kita. Hanya Dialah pemilik hati kita, penyatu hati kita, penyempurna hati kita dan hany dial ah penyatu hati kita. Tak tau lagi di mana titik itu muncul saat mengingat nama mu, tak tau lagi goresan dan rangkaian huruf apa yang akan terukir dalam mengingat nama mu.
Maaf jika aku harus meneteskan air mata ini setiap mengingat mu, maaf jika aku harus memalingkan wajah ini saat mendengar namamu, namun taukah engkau apa arti semua itu, ku menangasimu karena kebahagian ku yang tak tertandingi memilikimu, ku palingkan wajahku karena tak mampu ku melihat aura wajah lembut mu, pengorbanan hidup dan mati mu, pengorbanan cinta terbesarmu.
Ibuu, hanya ini lah persembahan diriku, tidak bunga yang termahal, kue tart yang terbesar atau pun hal lainnya, namun kuusahakan memberikan yang terbaik dan semaksimal segenap jiwaku, memang tak tertandingi semua yang kau berikan pada ku, tak kan pernah dan takkan mungkin tergantikan jika aku membalasmu. Tapi yakinlah bahwa syurga-Nya telah dipersembahkan dan diciptakan-Nya khusus untuk mu dan untuk persembahan mu pada ku. Itulah balasan yang terindah yang mampu menggantikan selurh pengorbanan mu.
 Inilah kesempatanku menyatakan kalimat itu untuk mu, tak kan pernah sanggup bila diucapkan di hadapan wajah indah mu. Hanya saksi bisu ini yang mengerti akan diriku dan kesungguhan juga hati ini menemani ku. “ Selamat Hari Ibu “. Bendungan air mata tak tertahankan, betapa buruknya aku jika hanya bisa mengucapkannya.
Selamat untuk para malaikat di dunia yang telah menghabiskan seluruh pengorbanan hidup mu untuk semua anak tercinta mu. “ Surga di telapak kaki ibu “. Itu lah yang membuat ku yakin akan kehadiran dan kebesaran cinta mu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar