Sejauh
Mata Memandang
Tak
semua takdir mutlak terjadi
Hanya
niat dan kemampuanlah yang mampu mendongkraknya
“Memperkenalkan
diri dengan sejuta goresan tinta juga dalam dayungan arus kehidupan, tak kan
pernah mengenal diri ini siapa tanpa timbul dari sejuta cerita. Ini lah aku yang
terus bermimpi untuk mendapatkan apa yang diberkahkan dari-Nya“.
Masa
pembentukan kedewasaan-- aku terlahir dengan kemampuan yang standar-tidak
kurang tidak juga lebih, aku dapat menguasai objek dan hal apapun dengan selalu
menekuninya, tapi yang ku lihat dengan kasat mata ialah orang-orang di
sekelilingku bisa, tanpa harus bekerja keras layaknya aku menguasainya.
Terkadang aku iri dengan mereka, mengapa aku tidak seberuntung mereka, namun alhamdudlillah
aku dianugrahi fisik yang cukup sempurna, tak ada kekurangan sedikit pun, mata
ku dapat melihat semua keindahan alam, kedua tangan ku dapat mengerjakan semua
yang ku inginkan, kedua telingaku masih slalu menangkap sinyal kehidupan (suara
adzan ) dan kedua kaki ku dapat melangkah menelusuri jejak kehidupan, begitu
juga dengan pasukan tubuh ku yang lain, mereka bekerja sesuai dengan fungsinya
masing-masing akan kehendak-Nya.
Tapi
dalam benak ku yang terdalam “ apakah aku dapat memaknai pemberian yang telah
diberikan oleh-Nya? “. Hal ini kusadari semenjak aku berada di bangku sekolah
yang menuntutku memiliki bakat tersendiri, aku menggali ilmu di sekolah
kejuruan, <agak terlambat memaaang hiks hiks> saat itu adalah saat dimana
aku paling eneg dan males mendengar nama nya, menurut ku
mendaftar di sekolah seperti itu –kebayang
juga enggak- gak elit dan jaaauuuh dari keren. Namun ku coba abaikan
hasutan negatif itu, di mana pada akhirnya ku melangkah untuk mendaftar. Salah
satu alasan ku mendaftar di sekolah tersebut ialah seseorang yang sangat
berjasa dan berharga dalam hidupku, the real
angle in my life, that is my beloved mother. Dengan segala nasihat tujuan
hidup untuk menatap masa depan ku, dan negosiasi yang tidak begitu
berkempanjangan, di mana pada seusia ku dulu aku berantusias besar untuk
bersaing dengan teman yang lain mendapatkan kedudukan di sekolah terfavorit di
daerah ku, tapi pada akhirnya ku turuti apa yang beliau katakan, karena yang
masih sempat ku yakini saat itu
adalah “ ridho Alloh adalah ridho Orang Tua “, toh beliau juga yang akan
membiyayai sekolah ku. Hal yang masih teringiang juga sampai saat ini dalam benakku adalah “ percuma hanya dengan
mengandalkan kemampuan fisik juga intelektual mu kalau tidak kau imbangi dengan
kemampuan dirimu “. Jleeebbbss..
seketika hal itu membuat ku bungkam juga tertunduk, speechless dan speechless.
Setahun
berjalan ku lewati dengan senyuman , mencoba mengerti dan memahami apa yang
sedang kaki ini tapaki, menyelami makna apa yang sedang tangan ini rangkuli.
Memang benar bahwa semua yang kita jalani berasal dari niat “ innama a’mlu bin
niat”. Ku coba jalani hari ku dengan melibatkan hati terdalam, mencoba menjawab
kekhawatiran dan keraguan yang selalu menimpa ku, mencoba meyakini bahwa yang
ku jalani adalah kepastian dan selalu melibatkan-Nya di setiap kegalaunku,
karena keturunan ku beragama Islam, jadi setiap apapun yang dilakukan sebaiknya
libakatlah Dia-katanya. Naaah sesaat
ku sadari ada yang kurang dalam diri ini.
******
berfikir dalam setiap kesunyian*****
Islam???
Keturunan???? Yaaa, kalo dalam permainan sepak bola misalnya ada yang namanya
rt bahagaia VS rt perdamaian. Sekarang coba kita ganti dengan Islam sejati VS
islam keturunan . coba kita singgung sebentar yaa.. apasih Islam turunan itu?
islam turunan adalah Islam yang kita anut saat kita terlahir untuk menatap
dunia ini tanpa mencari tahu lagi personal Islam itu seperti apa, sedang Islam
sejati ialah merasakan dan memaknainya dengan rasa tidak puas serta terus haus
dengan kebenaran yang terkandung di dalamnya. Memang agak berat, tapi inilah
yang ku alami. Pada kenyataanya seorang Muslim yang baik itu adalah orang yang
menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya, namun
sudahkah kita mamaknainya???.
Untuk
memaknai hal ini mungkin ku jabarkan melalui kata “Hidayah”. Hidayah bagiku
adalah petunjuk menuju jalan kebenaran- petunjuk itu menuntunku memaknai islam sebenarnya
melalui eskul Rohis ( Rohani Islam ) di sekolah ku. Yup tertangkap jelas bahwa
inilah keberkahan yang terbukti dan terpampang jelas dalam benak dan fikiran
ku, itulah takdir yang ku dapatkan di sekolah ini : saat di dasari dengan niat
dan kemampuan dapat merubahnya, tak ada satupun yang manandingi manisnya
keberkahan sekalipun sesarang madu yang tersuguhkan. Bila aku mengikuti
keinginanku dan mengabaikan nasihat orang tua ku, tak kan pernah ku kenali
Islam walau hanya setetes embun pagi yaitu ilmu paling dasar-keikhlasan.
Ikhalas mengahadapi apa yang di dapat dan apa yang dihadapi.
***
beranjak mengenalinya di jenjang yang lebih tinggi***
--- singkat
cerita--
Setelah
tiga tahun ku lewati masa-masa indah itu dengan tetap menyatukan hati, fikiran
dan jiwa, akan tetapi ku sadari bahwa untuk menjadi orang yang lebih baik tidaklah
mudah. Begitu banyak ujian yang menerjang, begitu pedih sakit yang teserang.
Namun itulah aku yang selalu bermimpi bahwa masa depan akan ku gapai. Sedikit
insyaf sebentar langsung kumat. Tapi Alhamdulillah dasar Islam di diri ku tidak
pernah meninggalkan ku jauh, so aku
masih tetap bisa mengendalikan diriku dengan baik. Namun ya itu makna Islam
masih belum ku temukan.
Setelah
melewati segala ujian untuk meluluskan diri dari sekolah ku, kini ku coba
memantabkan jiwa untuk mendaftar di perguruan tinggi pilihan ku, ya ya
ya.. keinginan kuat itu tetap sama
saat aku ingin berada di salah satu sekolah favorit ku dulu, kini aku juga
ingin menjadi mahasiswa yang bisa meraih golden
ticket untuk duduk dengan teman-teman di universitas terkemuka pilihanku. Ku
coba semua persyaratan untuk mengahadapi semua test yang tersedia sampai test
terakhir, begitu besar harapan ku terhadap hasil ujianya, dan tak ada sedikit
pun dalam benakku untuk mencoba jalan lain, maksud ku untuk bekerja atau yang
lain, karena selagi aku masih mau belajar dan yakin aku bisa, maju terus
pantang mundur.
-----
detik-detik melihat pengumuman----
Saat
itu pagi berseri, angin bernyanyi, matahari terbangun dengan memancarkan sinar
terhangatnya, mengiringi semangatku saat itu
, ku coba melihat pengumuman lebih awal, seraya tak sabar juga diri ini
ingin mengetahui hasilnya. Ku lihat layar kaca komputer dengan penuh harapan,
tak peduli suara apa yang terdengar, rasa cemas, gundah gulana ku rasakan.
Membuka link yang akan mengantarkan
ku pada pengumuman yang telah siap untuk menjadi kunjungan di hampir setiap
penjuru daerah se-Indonesia. Langkah demi langkah ku ikuti. –terbuka- garis-garis yang membentuk
kolom berisikan nama-nama yang beruntung sudah terpampang nyata dan jelas.
Setiap nomor dan kolom ku perhatikan, memutar alat lingkaran yang tercantum
baik di mouse komputernya. Dari atas sampai bawah, dari bawah ke atas lagi hal
itu yang ku lakukan sampai gak tau
lagi sudah berapa kali ku bolak-balik alat lingkaran itu. Ku teliti lebih jauh
dan ternyata, hasilnya…. –failed- I was
lost. What should I do??? Saat itu yang kurasa hanyalah angin terdiam tak
ada lagi kesejukan yang kurasakan hancur dan harapan yang ku dambakan telah lenyap
seketika. Bingung, cemas. Hampa, putus asa. Begitu cepat diri ini mengalah dengan
takdir, semua impian itu tlah terkubur dalam dan hilang. Sunyi terdiam.
*****
tambang emas di dalam karung yang kusam*****
Setelah
pengumuman itu, guardian angle ku-
ibu, selalu memberi nasihat yang membuat ku selalu berfikir, berfikir dan
bangkit. Selagi berfikir ku coba menenangkan diri dan mencari referensi yang
membuat hati ku lebih tenang. Bertemu dengan teman sekolah ku dulu dan berbagi
cerita dengan segala impian kita, kalau sudah begitu gak tau lagi berapa lama
waktu yang telah kita kuasai. Hanya senyum simpul dan berangan. Setelah
menghabiskan waktu itu, aku segera pulang kerumah, dalam perjalanan pulang di
kesendirian ku pun masih tetap terbayangkan jikalau aku mendapatkan kesempatan
ituuu-- namun lamunan ku terlepas saat sang supir meneriakkan nama tempat di
mana aku harus turun dari jasanya.
Sesampainya
di rumah ibu ku berkata “ itu di meja ada formulir coba diisi, siapa tahu itu
jalan kamu” / “ hahh??” kata ku. Ku langsung menuju meja yang ibu ku maksud dan
ternyata benar ada formulir. Sayangnya tak ada rasa senang dalam diri ini,
wajah datar dan seribu cambukan menerka. Dalam hatiku berkata “ hah kampus ini,
jangankan mau daftar denger nama dan liat tempatnya juga aku tak berkenan “,
tak lama ibu ku berkata kembali “ sudah jangan hanya di liat, itu formulir
untuk diisi bukan hanya dipandangi”.
Seluruh
jiwa dan raga ku satukan, tak lupa ku membaca do’a untuk meyakinkan, memastikan
tanpa keraguan sedikit pun, salah satu hadist pun berkata bahwa “ tinggalkan
perkara yang meragukanmu dan kerjakan perkara yang tidak meragukanmu” (h.r
Tirmidzi dan Nasa’i, Tirmidzi berkata, “ ini adalah hadits hasan sahih”), ini
menguatkan ku untuk mengumpulkan segenap keyakinanku. Ku isi lembar demi lembar
kertas pendaftaran, tak tertinggal diiringi nasihat orang tua ku. Yup selesai.
Keesokan
harinya…..
Ku
daftarkan diri ku dengan langkah pasti, mengikuti step by step persyaratan pendaftaran. Tidak begitu sulit, mungkin
karena aku yakin dan pasti. Segala ujian ku lewati. Setelah mendapat kelas dan
mengikuti Ospek, jadwal mata kuliah pun terpajang jelas di pintu lemari baju
ku, ku tuliskan note-note untuk membangun kembali semangat yang
terkubur.
Masa
perkuliahan….
Agak
pedih memang, jika seminggu sekali di sekolah ku dulu, pelajaran agama tegak
diajarkan, namun kini hanya satu semester saja pelajaran berharga itu ku serap,
tak puas dan terus menelusuri.
Saat
hati yang memilih..
Detik
ku lewati, menit kuhadapi hari-hari pun kujalani Hati ini memang tak bisa
dibohongi selagi mana sesuatu yang terus menerus kita cari tak kunjung bertemu.
Sepanjang pencarian ku bertemulah aku dengan teman-teman dalam organisasi itu,
organisasi yang mengajak hati ini untuk memilih, menuntun hati ini untuk
menelusuri. Tak perlu berfikir panjang, ku letakkan tangan ini dalam gandengan
ukhuwah islami bersamanya. Berjuang dengan satu tujuan yaitu Jannah-Nya.
Kini
ku sadari, semua yang ku benci telah menjadi kelopak bunga yang terus menerus
berkembag di hati ini, ku sirami dengan lantunan ayat-Nya pada setiap waktuku
mengingat Nya. Tak ada penyesalan lagi yang ku rasa. Hanya keyakinan ( iman )
dan kesabaranlah penuntun hidup ku, seperti arti dalam ayat ini “ Hai
orang-orang yang beriman jadikanlah sholat dan sabar sebagai penolongmu.
Sesungguhnya, Allah bersama orang-orang yang sabar” (Q.S Al-Baqoroh:153). Kini
ku dapat memaknai apa arti dari sholat yang ku jalani selama ini, karena
sesungguhnya Islam adalah engkau bersaksi
bahwa tiada Tuhan melainkan Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah Rasul Allah,
menegakkan shalat, menunaikan zakat, berpuasa di bulan Ramadhan dan engkau
menunaikan haji ke Baitulloh jika engkau telah mampu melakukannya -sebuah
dialog Nabi Muhammad dengan Malaikat Jibril- ( h.r Muslim)
Kurasakan
kini bahwa kemampuan yang ku miliki dari sekolah ku terdahulu bermanfaat untuk
ku, penghasilan yang ku terima alhamdulillah bisa untuk berinfaq juga sedikit
membantu keadaan keuangan ku dan inilah tempat sesungguhnya ku meraih ilmu,
nama dan ke famous an yang membutakan
itu - tidak berarti, yang terpenting kita harus pintar menempatkan diri. Bukan
sekedar meraih gelar sarjana hanya untuk memper-kaya diri, tapi ini lah akidah ku, untuk memperoleh kebahagian
dunia didasari ilmu akhirat penolongku. Itulah yang kini ku sadari, keikhlasan
membawa ku memandang jauh kepada keberkahan-Nya
*******Selembut
hati ini merasa*******Sejauh mata ini memandang*******